Selamat pagi sobat semuanya. Kali ini saya akan menceritakan kisah, kisah yang mungkin saja terjadi pada siapapun, tapi saya berharap ini tidak terjadi pada diri saya kelak. Nama dan tempat adalah nama samaran, Hanya Inisial yang sama.
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Dara dan Raka duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu Kekasihku.
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Raka lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,
“Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Dara sangat membenci ketidakdewasaan Raka dan secara spontan balik berteriak,
“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan Pria yang hebat!” Tiba-tiba Raka menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Dara, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Dara menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Raka kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan pria yang hebat, pria yang sukses, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan masing-masing, carilah yang lebih baik dariku”
Lima tahun berlalu. Dara tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Raka. Raka pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Dara yang tahu semua informasi tentang Raka, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Raka tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Dara meminum teh, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Raka. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Dara: Apa kabar?
Raka: Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan pasangan sejatimu?
Dara : Belum.
Raka: Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Dara: Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Raka tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Dara mendengar bahwa Raka mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Dara mereguk minum nya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Raka, pemilik tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”
Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti. Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Dara dan Raka duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu Kekasihku.
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Raka lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,
“Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Dara sangat membenci ketidakdewasaan Raka dan secara spontan balik berteriak,
“Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan Pria yang hebat!” Tiba-tiba Raka menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Dara, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Dara menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Raka kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan pria yang hebat, pria yang sukses, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan masing-masing, carilah yang lebih baik dariku”
Lima tahun berlalu. Dara tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Raka. Raka pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Dara yang tahu semua informasi tentang Raka, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Raka tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Dara meminum teh, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Raka. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Dara: Apa kabar?
Raka: Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan pasangan sejatimu?
Dara : Belum.
Raka: Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Dara: Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Raka tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Dara mendengar bahwa Raka mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Dara mereguk minum nya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Raka, pemilik tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”
Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti. Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri
0 Komentar:
Posting Komentar
"Blog DOFOLLOW - Jadilah Orang pertama yang memberikan komentar. Budayakan Berkomentar setelah membaca". Berikan Komentar anda,. Komentar anda sangat berguna bagi perkembangan blog ini. Terima kasih.